sepasah bola mata
coklat kehitaman putih yang memerah
dengan senyum manis
mencoba menyapa dan berkata
dalam ragaku
tabuh genderam mulai terasa dijantung
bibir membisu mata terpaku
hampir habis daya ini untuk bertahan
tersenyum dia tersenyum aku
bicaralh dia diamlah aku
dia menyapa, aku tersipu
rasa diraga malu tak terbendung
tatapan matanya buatku jatuh cinta
senyum manisnya ingatkan aku akan dia
bola matanya terbayang selalu
bagai permanen dalam ingatanku
matanya menatap mataku
tangannya memegang erat tanganku
ucapannya hanya tertuju padaku
matanya mematikan pandanganku
sepasang bola mata
melihaku dengan indah
dan matanya
adalah anugrah sempurna
By: Aulia Melandhita
my blog
profil
like my blog
Jumat, 26 November 2010
Rabu, 24 November 2010
Dulu dan sekarang
awalnya hanya biasa, melihatmu tersenyum saja
sekarang kau istimewa, bahagiamu untukku juga
dulu.. kau hanya angin lalu
perkataanmu tak pernah ku dengarkan
perhatianmu tak ingin aku lihat
semua tentangmu tak ada yang aku ingat
laksana angin lalu tak berarti apa-apa
sakitnya hatimu bukan beban untukku
perih luka bathinmu, ku elakan begitu saja
tak berartinya kamu bagai debu halus
sekarang.. kau pelangi hidupku
tingkah dan lakumu warnai langkah ini
bersandar dibahumu hilangkan sepiku
menatapmu buat pipi ini merah karna malu
senyuman mu adalah mentariku
yang menyambutku setiap waktu
tawa mu laksana bintang-bintang
yang terbayang dalam kelamnya malam
dulu dan sekarang kau tetap mencintaiku, walau dulu aku tak pernah mencintaimu tapi sekarang kau lah pelabuhan hatiku
dulu adalah masalalu ku mengabaikanmu, sekarang adalah waktuku tuk memperhatikanmu
sekarang kau istimewa, bahagiamu untukku juga
dulu.. kau hanya angin lalu
perkataanmu tak pernah ku dengarkan
perhatianmu tak ingin aku lihat
semua tentangmu tak ada yang aku ingat
laksana angin lalu tak berarti apa-apa
sakitnya hatimu bukan beban untukku
perih luka bathinmu, ku elakan begitu saja
tak berartinya kamu bagai debu halus
sekarang.. kau pelangi hidupku
tingkah dan lakumu warnai langkah ini
bersandar dibahumu hilangkan sepiku
menatapmu buat pipi ini merah karna malu
senyuman mu adalah mentariku
yang menyambutku setiap waktu
tawa mu laksana bintang-bintang
yang terbayang dalam kelamnya malam
dulu dan sekarang kau tetap mencintaiku, walau dulu aku tak pernah mencintaimu tapi sekarang kau lah pelabuhan hatiku
dulu adalah masalalu ku mengabaikanmu, sekarang adalah waktuku tuk memperhatikanmu
Jumat, 12 November 2010
=`mempertemukan aku dan dia`=
dulu.. membencinya adalah hal terindah di dunia
awalku mengenalnya, awal aku membencinya
keburukannya menjadi sesuatu yang ku cari
mengejeknya begitu menyenangkan nurani ini
melihanya marah membuatku tertawa
melihatnya cemberut buatku geregetan
menatap sini matanya bagai kesenangan
tapi melihanya terluka buatku menderita

mengabaikannya adalah caraku memuja
menghinanya, begitulah cara memperhatikan
memandanginya diam-diam
yang mempertemukan aku dan dia dalam cinta
sekarang dia milikku, pendampingku
melihatnya bahagia jadi kebahagianku
walau terkadang masa lalu itu datang
mengajakku untuk bermain-main lagi
awalku mengenalnya, awal aku membencinya
keburukannya menjadi sesuatu yang ku cari
mengejeknya begitu menyenangkan nurani ini
melihanya marah membuatku tertawa
melihatnya cemberut buatku geregetan
menatap sini matanya bagai kesenangan
tapi melihanya terluka buatku menderita

mengabaikannya adalah caraku memuja
menghinanya, begitulah cara memperhatikan
memandanginya diam-diam
yang mempertemukan aku dan dia dalam cinta
sekarang dia milikku, pendampingku
melihatnya bahagia jadi kebahagianku
walau terkadang masa lalu itu datang
mengajakku untuk bermain-main lagi
Kamis, 11 November 2010
-Mati-
kencana menghilang terbawa arus
logikapun lenyap kala prustasi
senja terbenam malampun tak datang
waktu berhenti meratapi kematian
nafas terakhir yang tersisa
tuturkan dengan kata terputus-putus
ikrarkan dengan darah yang mengalir
bersumpah dengan pedang dijantung
cinta takkan mati walau jasad dimakan tanah
iman takkan hilang meski nama tak terkenang
pengabdian takkan terlupakan oleh dunia
dan Tuhan tetap satu, ialah Allah SWT
biarkan angin membawa terbang berkelana
menari-nari diatas awan
luka raga tak lagi terasa, hanya nyawa tersiksa
meninggalkan bekas mendalam
tinta merah, tinta hitam
warna-warni duniawi
kecil besar perbuatan
tatap diperhitungkan
dari tanah menjadi tanah
dari Dia kembali ke Dia
dari makluk mati kembali mati
dari tak berarti kembali tak berarti
logikapun lenyap kala prustasi
senja terbenam malampun tak datang
waktu berhenti meratapi kematian
nafas terakhir yang tersisa
tuturkan dengan kata terputus-putus
ikrarkan dengan darah yang mengalir
bersumpah dengan pedang dijantung
cinta takkan mati walau jasad dimakan tanah
iman takkan hilang meski nama tak terkenang
pengabdian takkan terlupakan oleh dunia
dan Tuhan tetap satu, ialah Allah SWT
biarkan angin membawa terbang berkelana
menari-nari diatas awan
luka raga tak lagi terasa, hanya nyawa tersiksa
meninggalkan bekas mendalam
tinta merah, tinta hitam
warna-warni duniawi
kecil besar perbuatan
tatap diperhitungkan
dari tanah menjadi tanah
dari Dia kembali ke Dia
dari makluk mati kembali mati
dari tak berarti kembali tak berarti
Selasa, 09 November 2010
pahlawanku
tak berbaja, tak memiliki pedang
hanya kaos kusam dan bambu runcing
mencoba mencari keadilan
hanya menuntut sebuah kemerdekaan

maju digaris depan dengan tobak tajam
menatap keanarkisan para penjajah
berusaha sampai kakipun sulit tuk melangkah
hanya demi sebuah kebebasan semata
menghantar luka bahkan nyawa
ribuan hari yang takkan terasa
menjunjung persatuan dan kesatuan
untuk dapat mengenggam kemerdekaan
goresan luka kecil yang begitu menyiksa
waktu lambat berjalan, lawan terkejam
pahlawanku berdiri tegar melawan badai
walau gugur bunga melukis duka mendalam
keringat yang terus mengalir
terkadang berwarna kemerahan bercampur darah
takkan mengikis sedikitpun keberanian
para pahlawanku untuk melawan penjajah
saat malam begitu mencekam
terkadang terjaga dalam perasaan tak karuan
kala fajar mulai bersinar
sudah siap-siaga berselimut ketekutan
demi kemerdekaan, demi masa depan
rela tuk berkorban hinggan darah penghabisan
keberanian melawan, kekuatan persatuan
mengikis tipis hingga habis para penjajah
by: Aulia Melandhita
hanya kaos kusam dan bambu runcing
mencoba mencari keadilan
hanya menuntut sebuah kemerdekaan

maju digaris depan dengan tobak tajam
menatap keanarkisan para penjajah
berusaha sampai kakipun sulit tuk melangkah
hanya demi sebuah kebebasan semata
menghantar luka bahkan nyawa
ribuan hari yang takkan terasa
menjunjung persatuan dan kesatuan
untuk dapat mengenggam kemerdekaan
goresan luka kecil yang begitu menyiksa
waktu lambat berjalan, lawan terkejam
pahlawanku berdiri tegar melawan badai
walau gugur bunga melukis duka mendalam
keringat yang terus mengalir
terkadang berwarna kemerahan bercampur darah
takkan mengikis sedikitpun keberanian
para pahlawanku untuk melawan penjajah
saat malam begitu mencekam
terkadang terjaga dalam perasaan tak karuan
kala fajar mulai bersinar
sudah siap-siaga berselimut ketekutan
demi kemerdekaan, demi masa depan
rela tuk berkorban hinggan darah penghabisan
keberanian melawan, kekuatan persatuan
mengikis tipis hingga habis para penjajah
by: Aulia Melandhita
Sabtu, 06 November 2010
kisah cintaku
Cinta bertepuk sebelah tangan mungkin sangat menyakitkan, tapi bagi seorang Aulia Melandhita adalah awal kebahagian yang sesungguhnya.
pernah menangis, pernah terluka
pernah tertawa, pernah terluka
sempat putus asa dalam dunia
sempat pantang menyerah tuk usaha
berangan-angan yang sangat indah
bermimpi yang sulit tuk di tebak
berjalan melawan arus kehidupan
berpegangan dengan iman dan cinta
bertepuk sebelah tangan yang menyakitkan
memulai lembar-lembar beru kisah cinta ini
membuka keberanian dalam berkata-kata
awal mula ku kenal dalam-dalam tentang dia
kebetulan atau disengaja? hanya tuhanku yang tahu
dia tahu atau tidak? bahwa dia datang saatku terluka
laksana air yang turun saat kemarau berkepanjangan
bagaikan bintang yang terang kala malam begitu kelam
dia menyapa..
saat aku teluka
dia datang..
saat aku putus asa
indahnya pelangi setelah derasnya hujan badai
takkan sebanding dengan keindahanmu menyapaku
sempurnanya fajar menyapa paginya dunia
takkan sempurna seperti kedatanganmu kala itu
by: Aulia Melandhita
pernah menangis, pernah terluka
pernah tertawa, pernah terluka
sempat putus asa dalam dunia
sempat pantang menyerah tuk usaha
berangan-angan yang sangat indah
bermimpi yang sulit tuk di tebak
berjalan melawan arus kehidupan
berpegangan dengan iman dan cinta
bertepuk sebelah tangan yang menyakitkan
memulai lembar-lembar beru kisah cinta ini
membuka keberanian dalam berkata-kata
awal mula ku kenal dalam-dalam tentang dia
kebetulan atau disengaja? hanya tuhanku yang tahu
dia tahu atau tidak? bahwa dia datang saatku terluka
laksana air yang turun saat kemarau berkepanjangan
bagaikan bintang yang terang kala malam begitu kelam
dia menyapa..
saat aku teluka
dia datang..
saat aku putus asa
indahnya pelangi setelah derasnya hujan badai
takkan sebanding dengan keindahanmu menyapaku
sempurnanya fajar menyapa paginya dunia
takkan sempurna seperti kedatanganmu kala itu
by: Aulia Melandhita
Langganan:
Komentar (Atom)
