Ingin rasanya memulai hal baru dengannya
ketakukan ku masih dalam genggaman
masa lalu yang menorehkan dendam hati
membuat enggan untuk mengulanginya lagi
tak terpungkiri hadirnya membuat indah
walau rasa ragu untuk mengatakannya
hanya tak ingin jatuh dalam keterpurukan lagi
jadikan fobia untuk melangkah kedepan
kaca dalam hati hanya memberi harapan
bingkai yang telah hancur tak dapat terbentuk
anai anai khiasan cahaya, membuat taburan duka
jadikan takut memulai lembaran baru
By : Aulia Melandhita
profil
▼
Rabu, 21 September 2011
Tergores Masa Lalu

Sekuat kuatnya aku coba untuk tak menangis malam ini
tapi apa daya, kesepian merangkulku dalam nyanyiannya
Setegar tegarnya aku tetap hidup
tapi ternyata masih ada bekas luka dalam rasa
aku tidak bisa singkat lupakan angan yang disenandungkan
menghilangkan sesuatu yang pernah menjadi tujuan ku
melupakan rintik hujan yang membasahiku dalam dekapannya
mungkin aku terlalu rapuh untuk menerima terjangan ombak
tapi aku bukan orang yang putus asa
aku hidup
aku punya rasa
aku harapan
aku memiliki pilihan
aku hanya ingin melupakan lukaku
walau aku sadari itu bukan membalikan telapak tangan
pergilah sepi dalam jiwaku, temani aku kawan dalam senyuman
aku butuh seseorang, bukan orang yang sama
setidaknya teman untuk bersandar, agar tangisan teredam

By: Aulia Melandhita
Kamis, 08 September 2011
Jika menjadi Benalu

Bunga tumbuh tanpa kawannya

asing dalam lingkungan

mencari apa salah risalah

hingga harus berbeda rasa

dalam kaca bertanya tanya

adil kah dunia untuk dijalani

dalam hati berkata kata

mungkin tuhan, "aku dibenci"

mengapa tak ada yang mengingikan
padahal hidup ini sama

hanya terus terusan terusik

hingga matipun terabaikan
By : Aulia Melandhita
Selasa, 06 September 2011
Hidup Ini


jadikan seseorang sinis memandang takdir

lihatlah sesuatu dari lain sisi

maka akan temukan hal yang lebih berarti

Jangan tanyakan pada orang lain

introfeksi diri lebih baik dari itu

cobalah membuka lembaran baru

masih banyak harapan dalam angan angan
By: Aulia melandhita (foto Alya Balqis)
Senin, 05 September 2011
Berakhir

Aku mengulurkan jari jemariku

ketika langkah kakimu mulai tersunyi
tersadar telah berakhir semua

membuat mata air dipipiku

tersesali menyambut dengan senang

waktu terputar untukku tak mungkin

hanya bunga tidur yang indah

membuat sedikit ukiran dalam wajah

ternyata tak tersingkat lupakan kenangan

sampai lelah jiwa menuntun sepi

aku berdiri setegar tegarnya

berharap dapat kembali
By : Aulia Melandhita
Minggu, 31 Juli 2011
Tempat Pertama
awalnya tak terbesit sebongkah cinta akan ada
ternyata dunia berkata lain
waktu menjadi perekat yang sangat kuat
dari senyum berbalas senyum
tempat yang sebelumnya berkisah persaingan
berubah kisah cinta yang menggoda
tempat pertama yang menjadi saksi bisu
dalam rongga-rongga tawa yang meriah
bagaikan prisma menyentuh cahaya
berbias warna yang indah dilayar kaca
sebuah fatamorgana di gurun pasir
membentuk nirwana yang indah luar biasa
cinta tak kenal waktu, tempat, dan siapa
universal tingkat rasa
jika memang doa akan menjadi nyata
berharap semuanya akan bahagia selamanya
By: Aulia Melandhita
ternyata dunia berkata lain
waktu menjadi perekat yang sangat kuat
dari senyum berbalas senyum
tempat yang sebelumnya berkisah persaingan
berubah kisah cinta yang menggoda
tempat pertama yang menjadi saksi bisu
dalam rongga-rongga tawa yang meriah
bagaikan prisma menyentuh cahaya
berbias warna yang indah dilayar kaca
sebuah fatamorgana di gurun pasir
membentuk nirwana yang indah luar biasa
cinta tak kenal waktu, tempat, dan siapa
universal tingkat rasa
jika memang doa akan menjadi nyata
berharap semuanya akan bahagia selamanya
By: Aulia Melandhita
Akhirnya
bukan kisah kita bila tak tercerita
hanya senyum saja semuanya terpanah
bahkan ketika hujan menyentuh pipi
yang melihatpun berselimuti duka
kala perkenalan tak sampai terkira
dan saat waktu berjalan mendekati erat
tawa merekatkan kita dalam canda
dan mungkin hanya kita yang tahu bagaimana
semakin sering mata menatap mata
dan senyum berbalas senyum
semakin besar dan kuat sebuah harapan
berbuah akhir yang membahagiakan
tapi kini layar kaca memisahkan kita
pertemuan adalah awal perpisahan
kini rindu kita tertuang dalam lautan
hanya aku dan kamu yang tau akhirnya
By : Aulia Melandhita
hanya senyum saja semuanya terpanah
bahkan ketika hujan menyentuh pipi
yang melihatpun berselimuti duka
kala perkenalan tak sampai terkira
dan saat waktu berjalan mendekati erat
tawa merekatkan kita dalam canda
dan mungkin hanya kita yang tahu bagaimana
semakin sering mata menatap mata
dan senyum berbalas senyum
semakin besar dan kuat sebuah harapan
berbuah akhir yang membahagiakan
tapi kini layar kaca memisahkan kita
pertemuan adalah awal perpisahan
kini rindu kita tertuang dalam lautan
hanya aku dan kamu yang tau akhirnya
By : Aulia Melandhita
Sabtu, 04 Juni 2011
Kalian lah
lalu aku bertanya dalam kaca
kenapa lagi?
mata ku salah, mulut ku salah
bisa kah tangis mengakhirinya
bahkan mungkin kalian tak tahu
karna kalian hanya melihat dan tak mendengar
bahkan mungkin kalian tak sadar
bukan ini yang aku ingini
aku tertutup karena kalian
aku membisu karena kalian
dan dia lah yang buat ku bicara
walau mungkin caranya salah
dan ketika aku telah memilih
kalian baru bilang
hey ini salah, kamu salah arah
setelah itu kalian hanya memberhentikan ku
lalu kalian paksa aku bicara
padahal kalian tak ajarkan itu
lalu kalian suruh aku berubah
padahal setiap orang pasti berubah
pada akhirnya kalian menghapus gairah ku
kalian menyadarkan ku dengan itu
pada akhirnya memang kalian benar
karna kalian tak mau dibilang salah
cukup satu hujatan saja aku sudah mengerti
tak perlu ulangi dengan kata-kata lain
mungkin kalian tak lihat
karna aku memang tak terlihat
By : Aulia melandhita
kenapa lagi?
mata ku salah, mulut ku salah
bisa kah tangis mengakhirinya
bahkan mungkin kalian tak tahu
karna kalian hanya melihat dan tak mendengar
bahkan mungkin kalian tak sadar
bukan ini yang aku ingini
aku tertutup karena kalian
aku membisu karena kalian
dan dia lah yang buat ku bicara
walau mungkin caranya salah
dan ketika aku telah memilih
kalian baru bilang
hey ini salah, kamu salah arah
setelah itu kalian hanya memberhentikan ku
lalu kalian paksa aku bicara
padahal kalian tak ajarkan itu
lalu kalian suruh aku berubah
padahal setiap orang pasti berubah
pada akhirnya kalian menghapus gairah ku
kalian menyadarkan ku dengan itu
pada akhirnya memang kalian benar
karna kalian tak mau dibilang salah
cukup satu hujatan saja aku sudah mengerti
tak perlu ulangi dengan kata-kata lain
mungkin kalian tak lihat
karna aku memang tak terlihat
By : Aulia melandhita
Jumat, 06 Mei 2011
Dunia
pusat tata surya sedang berdeklarasi
dunia telah pada ujung tua nya
jika hendak hancurkan, mati kan
jangan buat tangisan berkepanjangan
tentara ozon pun telah lelah hati
keluarga hijaunya telah terbakar
udara pun tak lagi perawan
rusaknya waktu digerogoti zaman
fotosintesis tak mau beroprasi
pangan pun habis dimakan serakah
petinggi negara terus gerakkan pidato
tapi suara rakyat lebih terdengar
akhirnya kata kata tinggal sia sia
karna tanpa disadari itu lah ingin nya
bulan dan bintang tak sudih melirik
hanya takut mendengar jeritan dunia
manusia hilangkan panca indra
tak punya hati untuk merasa lagi
dan akhirnya dunia sakit sendiri
By : Aulia Melandhita
dunia telah pada ujung tua nya
jika hendak hancurkan, mati kan
jangan buat tangisan berkepanjangan
tentara ozon pun telah lelah hati
keluarga hijaunya telah terbakar
udara pun tak lagi perawan
rusaknya waktu digerogoti zaman
fotosintesis tak mau beroprasi
pangan pun habis dimakan serakah
petinggi negara terus gerakkan pidato
tapi suara rakyat lebih terdengar
akhirnya kata kata tinggal sia sia
karna tanpa disadari itu lah ingin nya
bulan dan bintang tak sudih melirik
hanya takut mendengar jeritan dunia
manusia hilangkan panca indra
tak punya hati untuk merasa lagi
dan akhirnya dunia sakit sendiri
By : Aulia Melandhita
Ujian Negara (UN)
berlari ditengah hijau-hijau bibit padi
tertawa melepas penat perang dengan kertas dan pensil
lalu terbaring dihamparan ilalang-ilalang
sembari menengadahkan wajah melihat benda putih yang bergerak seolah perlahan dengan teman angin yang selalu setia bersama nya
sekilas angan bermain-main dalam otak
terukir lah senyum dalam wajah ku
ku ingat-ingat perjuangan ku menghadapi perang itu
betapa jantung tak pernah pengertian
sulitnya ingatan dalam memutar memori
keterpaksaan kadang menjadi penggoda besar
kini telah ku selesaikan perang itu
entah akan berakhir apa
tapi ya sudah lah
aku hanya ingin teriakkan, "aku telah selesai kan ini semua!"
dan aku melakukan nya
kini khayalan ku mulai menjelajahi
ingin rasanya ku temui orang yang membuat perang ini
bukan untung memarahi atau mengerutu
tapi hanya ingin bilang bahwa aku mampu melewatinya
ingin hati aku ungkapkan dihadapan nya
bahwa aku telah berhasil menghadapi ujian dari nya
oh presiden ku
dari pemerintahanmu lah aku benar-benar merasakan sebuah perjuangan
perjuangan yang walau tak terlihat begitu hebat
tapi begitu teramat sulit untuk seorang pelajar seperti ku
oh presiden ku
kini ku rasakan betapa menuntut ilmu itu penting
bukan untuk orang tua ku, guru ku, atau untuk siapa pun
karna cukup aku yang akan merasakan semuanya
oh presiden ku
aku tak pernah berfikir bahwa ternyata ini lah perjuangan yang dimaksud
tidak menggudakan kekerasan, tak perlu tombak atau pun bambu runcing
cukup gunakan apa yang seharusnya digunakan
kau tunjukan semua itu wahai presiden ku
walau kau tak berkata atau bersabda
tapi aku pahami dan aku mengerti
kini ku telah jalani ujian yang aku sebut ujian negara
lalu terbesit dalam angan ku
kata-kata yang menjadi pemompong namamu
"LANJUTKAN!"
ingin ku gapai cita ku dan ku perlihatkan pada mu, bahwa aku bisa
tersenyum aku, bahagianya negri ku
mempunyai pemimpin seperti mu
lalu kicau burung yang terbang diatas pembaringan
menegaskan hal itu
BY: Aulia Melandhita
tertawa melepas penat perang dengan kertas dan pensil
lalu terbaring dihamparan ilalang-ilalang
sembari menengadahkan wajah melihat benda putih yang bergerak seolah perlahan dengan teman angin yang selalu setia bersama nya
sekilas angan bermain-main dalam otak
terukir lah senyum dalam wajah ku
ku ingat-ingat perjuangan ku menghadapi perang itu
betapa jantung tak pernah pengertian
sulitnya ingatan dalam memutar memori
keterpaksaan kadang menjadi penggoda besar
kini telah ku selesaikan perang itu
entah akan berakhir apa
tapi ya sudah lah
aku hanya ingin teriakkan, "aku telah selesai kan ini semua!"
dan aku melakukan nya
kini khayalan ku mulai menjelajahi
ingin rasanya ku temui orang yang membuat perang ini
bukan untung memarahi atau mengerutu
tapi hanya ingin bilang bahwa aku mampu melewatinya
ingin hati aku ungkapkan dihadapan nya
bahwa aku telah berhasil menghadapi ujian dari nya
oh presiden ku
dari pemerintahanmu lah aku benar-benar merasakan sebuah perjuangan
perjuangan yang walau tak terlihat begitu hebat
tapi begitu teramat sulit untuk seorang pelajar seperti ku
oh presiden ku
kini ku rasakan betapa menuntut ilmu itu penting
bukan untuk orang tua ku, guru ku, atau untuk siapa pun
karna cukup aku yang akan merasakan semuanya
oh presiden ku
aku tak pernah berfikir bahwa ternyata ini lah perjuangan yang dimaksud
tidak menggudakan kekerasan, tak perlu tombak atau pun bambu runcing
cukup gunakan apa yang seharusnya digunakan
kau tunjukan semua itu wahai presiden ku
walau kau tak berkata atau bersabda
tapi aku pahami dan aku mengerti
kini ku telah jalani ujian yang aku sebut ujian negara
lalu terbesit dalam angan ku
kata-kata yang menjadi pemompong namamu
"LANJUTKAN!"
ingin ku gapai cita ku dan ku perlihatkan pada mu, bahwa aku bisa
tersenyum aku, bahagianya negri ku
mempunyai pemimpin seperti mu
lalu kicau burung yang terbang diatas pembaringan
menegaskan hal itu
BY: Aulia Melandhita
Tikus Tikus
bertahta, bermahkota, berharta
berkuasa, memerintah, dan sesuka hati
sempat berfikir demikian
kala ku lihat tangisan dijalanan ibu kota
lalu aku bertanya dalam hati
siapa yang lakukan ini semua?
negri ku terus teriak, apa kah kalian tidak dengar?!
dan tikus tikus tetap saja mengerogoti negri ku
wahai orang orang yang berdasi tinggi
lihat sekeliling mu, lihat dibawah mu
bahkan penjara pun tak bisa mengguncang mu
inikah negri ku? ohh sangat lucu
presiden kita sedang melalukan tugas nya
kalian tikus tikus hanya menghalangi semua
orang orang berusaha menghidupkan perut nya
kalian tikus tikus tak pernah rasakan semua
hey hey hey
mati hati kah tikus? lihat akibat mu
menangis merana..
ya allah, jika aku boleh lakukan
akan ku jebak meraka! ku racuni mereka! ku penggal hidup hidup tikus nakal itu! haha
tapi tak bisa
aku masih takut dosa dan siksa, tak seperti tikus tikus itu
By: Aulia Melandhita
berkuasa, memerintah, dan sesuka hati
sempat berfikir demikian
kala ku lihat tangisan dijalanan ibu kota
lalu aku bertanya dalam hati
siapa yang lakukan ini semua?
negri ku terus teriak, apa kah kalian tidak dengar?!
dan tikus tikus tetap saja mengerogoti negri ku
wahai orang orang yang berdasi tinggi
lihat sekeliling mu, lihat dibawah mu
bahkan penjara pun tak bisa mengguncang mu
inikah negri ku? ohh sangat lucu
presiden kita sedang melalukan tugas nya
kalian tikus tikus hanya menghalangi semua
orang orang berusaha menghidupkan perut nya
kalian tikus tikus tak pernah rasakan semua
hey hey hey
mati hati kah tikus? lihat akibat mu
menangis merana..
ya allah, jika aku boleh lakukan
akan ku jebak meraka! ku racuni mereka! ku penggal hidup hidup tikus nakal itu! haha
tapi tak bisa
aku masih takut dosa dan siksa, tak seperti tikus tikus itu
By: Aulia Melandhita
senja untuk magrib
bersandar pada dinding teras
awan terbias matahari
mata bak kuning untuk semua
silau cahaya menebus kaca
angin mati bersama waktu
atau waktu yang mati bersama angin
tak habis detik terus berlalu
menunggu surya berpamitan
hingga bulan datang dan bintang ikut bersama nya
suasana menjadi merah
lambat laut mulai menghitam
sampai jumpa untuk mentari dan selamat datang untuk bintang langit
terasa angin mulai mencekam
bunyi sunyi pasti lah datang
akhirnya berkomandanglah para musliman
terdengar suara indah dalam telinga
bangunkan iman dan ketakwaan
siapkan diri untuk menghadap-Nya
dalam sajadah berkhias doa
hanya pada-Nya indah dunia ini ada
By: Aulia melandhita
awan terbias matahari
mata bak kuning untuk semua
silau cahaya menebus kaca
angin mati bersama waktu
atau waktu yang mati bersama angin
tak habis detik terus berlalu
menunggu surya berpamitan
hingga bulan datang dan bintang ikut bersama nya
suasana menjadi merah
lambat laut mulai menghitam
sampai jumpa untuk mentari dan selamat datang untuk bintang langit
terasa angin mulai mencekam
bunyi sunyi pasti lah datang
akhirnya berkomandanglah para musliman
terdengar suara indah dalam telinga
bangunkan iman dan ketakwaan
siapkan diri untuk menghadap-Nya
dalam sajadah berkhias doa
hanya pada-Nya indah dunia ini ada
By: Aulia melandhita
Mata Min
ya, aku terjaga dalam lelap ku
ada yang salah dengan dunia
semua benda hancur dilihat ku
apa yang terjadi Tuhan?
lalu mata ikut bicara dan tak henti berair mata
lelah pengelihatan hingga rusak pikiran
ku usik panca indra ku ini hingga berwarna
tapi tetap semua buram di mata ku, salahkah?
Ku coba berlalu dan terbangun dari pembaringan
Ku bersihkan tubuh dan juga pikiran
Ku berdoa dalam dingin angin tanpa mentari
Sambil berkistal mata hati dihadapan-Nya
Sampai sang surya terlihat dibalik gundukan tanah besar
Kulangkahkan kaki menuju tempat menuntut ilmu walau jalan begitu suram di mata ku
Aku berkata dalam hati, menggerutu dalam jiwa
Ya tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Ingin menangis tapi itu tak temui titik terang
Akhirnya senyum tanpa harapan tertera
Waktu pun terus bergulir
Ku kira semua ini akan hilang dimakan detik
Tapi, Tidak!
Semua yang kulihat bagai semu dan semakin semu
Dalam kelam malam tanpa bintang dan temannya
Ku bercerita dan ku luapkan pertanyaan ku
Tantang mata dan pengelihatan ku
Kepada–Nya
“Ya Allah, apa salah ku? Apakah mata ini telah bersalah?
Mengapa kau buram kan dunia dihadapan ku?
Apakah aku tak Kau bolehkan melihat jelas?
Mengapa mereka yang melihat maksiat kau perbolehkan? Sedangkan aku…
Apakah ini yang terbaik menurut Mu? Mungkin…”
Terbesit dalam fikir ku kala doa dan kata terurai
Ya, mungkin ini yang terbaik untuk ku
Begitu sayangnya Tuhan kepada ku, hingga mataku pun dilindungi oleh-Nya
“Baik aku terima dan aku mulai mengerti tujuan Mu, Tuhan ku”
Kini ku jalani dunia ku
Walau tak terlihat jelas tapi aku terbiasa
Dan aku suka mata min ku
ada yang salah dengan dunia
semua benda hancur dilihat ku
apa yang terjadi Tuhan?
lalu mata ikut bicara dan tak henti berair mata
lelah pengelihatan hingga rusak pikiran
ku usik panca indra ku ini hingga berwarna
tapi tetap semua buram di mata ku, salahkah?
Ku coba berlalu dan terbangun dari pembaringan
Ku bersihkan tubuh dan juga pikiran
Ku berdoa dalam dingin angin tanpa mentari
Sambil berkistal mata hati dihadapan-Nya
Sampai sang surya terlihat dibalik gundukan tanah besar
Kulangkahkan kaki menuju tempat menuntut ilmu walau jalan begitu suram di mata ku
Aku berkata dalam hati, menggerutu dalam jiwa
Ya tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Ingin menangis tapi itu tak temui titik terang
Akhirnya senyum tanpa harapan tertera
Waktu pun terus bergulir
Ku kira semua ini akan hilang dimakan detik
Tapi, Tidak!
Semua yang kulihat bagai semu dan semakin semu
Dalam kelam malam tanpa bintang dan temannya
Ku bercerita dan ku luapkan pertanyaan ku
Tantang mata dan pengelihatan ku
Kepada–Nya
“Ya Allah, apa salah ku? Apakah mata ini telah bersalah?
Mengapa kau buram kan dunia dihadapan ku?
Apakah aku tak Kau bolehkan melihat jelas?
Mengapa mereka yang melihat maksiat kau perbolehkan? Sedangkan aku…
Apakah ini yang terbaik menurut Mu? Mungkin…”
Terbesit dalam fikir ku kala doa dan kata terurai
Ya, mungkin ini yang terbaik untuk ku
Begitu sayangnya Tuhan kepada ku, hingga mataku pun dilindungi oleh-Nya
“Baik aku terima dan aku mulai mengerti tujuan Mu, Tuhan ku”
Kini ku jalani dunia ku
Walau tak terlihat jelas tapi aku terbiasa
Dan aku suka mata min ku
Rindu tak sampai
kala cinta tak sampai tangan
kala sakit menggantung hidup
kala sepi membunuh waktu
kala itu memoriku mulai bermain
merasa kesendirian ini membelenggu ku
ingatan tak lepas dari rupamu
ingin rasa hati dapat temui mu
dan katakan bahwa aku rindukan teman
kini tanah akan tetap menjadi tanah
dan teman akan tetap menjadi teman
jika waktu ku nanti telah sampai
maka kan ku ceritakan semua kepada mu
aku butuh kawan untuk bersandar
aku butuh sahabat untuk mendengar
aku butuh teman untuk bermain
aku butuh kamu untuk menghapus sepi
hanya itu..
rinduku padamu telah pada puncaknya
tapi apa daya tangan tak sampai
hanya bisa mengirim kata lewat doa
hanya bisa cerita dengan bayang semu mu
kala sakit menggantung hidup
kala sepi membunuh waktu
kala itu memoriku mulai bermain
merasa kesendirian ini membelenggu ku
ingatan tak lepas dari rupamu
ingin rasa hati dapat temui mu
dan katakan bahwa aku rindukan teman
kini tanah akan tetap menjadi tanah
dan teman akan tetap menjadi teman
jika waktu ku nanti telah sampai
maka kan ku ceritakan semua kepada mu
aku butuh kawan untuk bersandar
aku butuh sahabat untuk mendengar
aku butuh teman untuk bermain
aku butuh kamu untuk menghapus sepi
hanya itu..
rinduku padamu telah pada puncaknya
tapi apa daya tangan tak sampai
hanya bisa mengirim kata lewat doa
hanya bisa cerita dengan bayang semu mu
Kamis, 14 April 2011
Lanjutkan
Lanjutkan impian mu
Lanjutkan angan mu
Lanjutkan sekolah mu
Lanjutkan prestasi mu
Lanjutkan kreatifitas mu
Lanjutkan agama mu
Lanjutkan cinta mu
Dan lanjutkan hidup mu
Ingat terus pesan singkat yang bermakna luas dari presiden ku
laksana sebuah air yang membasuh gurun pasir
By: Aulia Melandhita
Lanjutkan angan mu
Lanjutkan sekolah mu
Lanjutkan prestasi mu
Lanjutkan kreatifitas mu
Lanjutkan agama mu
Lanjutkan cinta mu
Dan lanjutkan hidup mu
Ingat terus pesan singkat yang bermakna luas dari presiden ku
laksana sebuah air yang membasuh gurun pasir
By: Aulia Melandhita
Rabu, 13 April 2011
Saran ku untuk mu
hanya pemimpi kecil yang mudah menyerah
berangan-angan singkat dan semu
tinggal pun tak jauh dari sawah
sekolah sepetak yang tak terjamah
terkadang aku mengerutu dalam jiwa, tak lihatkah pemerintah akan ini semua?
didalam janji dia bersabda, didalam tingkah dia berdusta
aku hanya pelajar biasa yang berharap uluran tangannya
ada kah aku salah? bukan kah kemerdekaan mengemukakan pendapat di perboleh kan?
ingin rasanya aku mengubah negara ini
dengan tangan ku, dihadapan mu
ini negara ku, ini tanah kelahiran ku
salah aku bila membelanya?
jikalau suara ini dapat didengar, jikalau diri ku ini dapat dilihat
satu pesan dari rakyat kecil mu ini
"aku tahu bahwa ini bukan salah mu wahai presiden ku, hanya tikus-tikus kecil yang telah rapuhkan tahta mu itu. buang, jebak, atau racuni lah tikus-tikus itu"
agar setidaknya nanti untuk semua ada keadilan
dan sekolah ku mempunyai kesempatan untuk dijamah oleh mu dan pemerintahan mu
hanya itu yang aku mau, wahai presiden ku
By: Aulia Melandhita
berangan-angan singkat dan semu
tinggal pun tak jauh dari sawah
sekolah sepetak yang tak terjamah
terkadang aku mengerutu dalam jiwa, tak lihatkah pemerintah akan ini semua?
didalam janji dia bersabda, didalam tingkah dia berdusta
aku hanya pelajar biasa yang berharap uluran tangannya
ada kah aku salah? bukan kah kemerdekaan mengemukakan pendapat di perboleh kan?
ingin rasanya aku mengubah negara ini
dengan tangan ku, dihadapan mu
ini negara ku, ini tanah kelahiran ku
salah aku bila membelanya?
jikalau suara ini dapat didengar, jikalau diri ku ini dapat dilihat
satu pesan dari rakyat kecil mu ini
"aku tahu bahwa ini bukan salah mu wahai presiden ku, hanya tikus-tikus kecil yang telah rapuhkan tahta mu itu. buang, jebak, atau racuni lah tikus-tikus itu"
agar setidaknya nanti untuk semua ada keadilan
dan sekolah ku mempunyai kesempatan untuk dijamah oleh mu dan pemerintahan mu
hanya itu yang aku mau, wahai presiden ku
By: Aulia Melandhita
Sang impian
Terlihat dibalik layar kaca
Lesu lelah Anda tampak nyata
Lidah tak kering kata-kata
Hingga raut wajah mengikis muda
Ingin rasa hati menghapus air yang terus mengalir dari wajah Anda
Tapi apa daya, saya hanya masyarakat yang tak terjamah tangan Anda
Sekilah saya lihat duka dalam mata anda...
Apa yang terjadi dengan negri ini? mengapa begitu banyak penderitaan?
Haruskah yang atas selalu berada diatas? dan mengapa uang merajalela pembantu ku?
Mungkin itu yang selalu terfikir dalam benak Anda, Presiden ku
Ambil satu langkah untuk menghalangi langkah-langkah pembantu Anda
Mengambil keputusan diatas kebimbangan yang rumit
Saya berdoa dalam hitam malam agar tidur Anda dapat nyenyak dan tenang
Lupakan sejenak permasalahan siang hari ini
Saya masih ingat kala sorak kebencian tertuju untuk Anda
Betapa kekecewaan tampak jelas dalam senyum Anda
Mungkin jika Saya adalah Anda, Saya akan menangis
Pemimpin seperti Anda takkan seperti itu, saya yakin
Anda Ksatria..
Anda Pangeran..
Anda Raja..
Anda sang impian..
Pemimpin untuk negri ini, dan untuk ku
By: Aulia Melandhita
Lesu lelah Anda tampak nyata
Lidah tak kering kata-kata
Hingga raut wajah mengikis muda
Ingin rasa hati menghapus air yang terus mengalir dari wajah Anda
Tapi apa daya, saya hanya masyarakat yang tak terjamah tangan Anda
Sekilah saya lihat duka dalam mata anda...
Apa yang terjadi dengan negri ini? mengapa begitu banyak penderitaan?
Haruskah yang atas selalu berada diatas? dan mengapa uang merajalela pembantu ku?
Mungkin itu yang selalu terfikir dalam benak Anda, Presiden ku
Ambil satu langkah untuk menghalangi langkah-langkah pembantu Anda
Mengambil keputusan diatas kebimbangan yang rumit
Saya berdoa dalam hitam malam agar tidur Anda dapat nyenyak dan tenang
Lupakan sejenak permasalahan siang hari ini
Saya masih ingat kala sorak kebencian tertuju untuk Anda
Betapa kekecewaan tampak jelas dalam senyum Anda
Mungkin jika Saya adalah Anda, Saya akan menangis
Pemimpin seperti Anda takkan seperti itu, saya yakin
Anda Ksatria..
Anda Pangeran..
Anda Raja..
Anda sang impian..
Pemimpin untuk negri ini, dan untuk ku
By: Aulia Melandhita
Jumat, 08 April 2011
kamu
kau tetap mengerti walau tak ku pahami
kau tetap tersenyum walau aku bungkam
kau tetap berharap walau tak ku percaya
kau tetap disini walau aku sakiti
terbuat dari apa hati kecil mu itu ?
tak sakit kah kau melihat amuk ku ?
tak sedih kah kau dengar caci maki ku ?
tak marah kah sedikit pun aku mainkan ?
ini kah cinta yang kau maksud
harus kah menahan sakit dalam raga
akan kah senyum menjadi penyejuk
walau remuk jantung matikan waktu
aku disini kini disampingmu
melirik menatap dalam hati kecil ku
ini kah sesosok pria ?
dewasa sifatnya bag seorang pemimpin
kuat raga dan hatinya laksana ksatria
indah senyum, tatapannya seorang pangeran
By : Aulia Melandhita
kau tetap tersenyum walau aku bungkam
kau tetap berharap walau tak ku percaya
kau tetap disini walau aku sakiti
terbuat dari apa hati kecil mu itu ?
tak sakit kah kau melihat amuk ku ?
tak sedih kah kau dengar caci maki ku ?
tak marah kah sedikit pun aku mainkan ?
ini kah cinta yang kau maksud
harus kah menahan sakit dalam raga
akan kah senyum menjadi penyejuk
walau remuk jantung matikan waktu
aku disini kini disampingmu
melirik menatap dalam hati kecil ku
ini kah sesosok pria ?
dewasa sifatnya bag seorang pemimpin
kuat raga dan hatinya laksana ksatria
indah senyum, tatapannya seorang pangeran
By : Aulia Melandhita
Sabtu, 12 Maret 2011
Jalan kita
kadang hitam putih kisah ini begitu terlihat
dan lambat laun terkikis waktu
kadang beda ini membuat sebuah tembok tinggi
dan hancur oleh lembutnya cinta
entah apa yang buat semua bertahan
padahal sering kali kata-kata menusuk hati
dan bagaimana semua ini berjalan
dalam dunia yang seakan tak berputar
bukan kelebihan yang membuat semua ini ada
bukan kasih sayang yang buat semakin kuat
bukan hanya cinta ataupun harta, tapi...
karnalah aku dan kamu tersenyum dalam duka
bersama...
cukup luas dunia yang kita tempati
dalam jalan yang kita arungi
bertahankah kisah ini dibawa mati?
laksana cinta yang abadi
jika telah sampai diujung jalan kita
dan lambaikan tangan sampai jumpa
akan ku ukir kisah kita yang tak sempurna
dalam buku yang begitu istimewa
By: Aulia Melandhita
dan lambat laun terkikis waktu
kadang beda ini membuat sebuah tembok tinggi
dan hancur oleh lembutnya cinta
entah apa yang buat semua bertahan
padahal sering kali kata-kata menusuk hati
dan bagaimana semua ini berjalan
dalam dunia yang seakan tak berputar
bukan kelebihan yang membuat semua ini ada
bukan kasih sayang yang buat semakin kuat
bukan hanya cinta ataupun harta, tapi...
karnalah aku dan kamu tersenyum dalam duka
bersama...
cukup luas dunia yang kita tempati
dalam jalan yang kita arungi
bertahankah kisah ini dibawa mati?
laksana cinta yang abadi
jika telah sampai diujung jalan kita
dan lambaikan tangan sampai jumpa
akan ku ukir kisah kita yang tak sempurna
dalam buku yang begitu istimewa
By: Aulia Melandhita
Senin, 21 Februari 2011
Sajak Cinta Ku *Andry Siswanto
dekap erat genggam tangan dalam bayangan
mimpi jadikan nyata bak kuntum angan dunia
dalam sunyi senyap angin teduhkan luka hati
membawa sesosok lelaki yang tak terharapkan
dalam bimbang memilih tak memilih
sepintas senyuman menegaskan hati
tawa meringankan beban dalam pikiran
pilihan yang terpaku pada lelaki itu
lebih tak terlihat, kurangpun tak hiraukan
harta tak miliki, rupa tak berbentuk
tapi sifat dan caranya begitu mempesona
canda dan guyonan jadi pelengkapnya
bukan senang jasmani, bukan senang rohani
entah itu apa?
bahagia ini bersama lelaki itu
suka, cita, duka, lara ini, hamparan kisah ku
melihat, ku tersenyum
mendengar, ku tertawa
merasa, ku bahagia
memiliki, ku sempurna
lelaki itu bukan pangeran ku, kstria atau raja ku
hanya menusia yang lebih kurang
yang terima jalan hidup ku
menjadi pelengkap matiku
BY : Aulia Melandhita
mimpi jadikan nyata bak kuntum angan dunia
dalam sunyi senyap angin teduhkan luka hati
membawa sesosok lelaki yang tak terharapkan
dalam bimbang memilih tak memilih
sepintas senyuman menegaskan hati
tawa meringankan beban dalam pikiran
pilihan yang terpaku pada lelaki itu
lebih tak terlihat, kurangpun tak hiraukan
harta tak miliki, rupa tak berbentuk
tapi sifat dan caranya begitu mempesona
canda dan guyonan jadi pelengkapnya
bukan senang jasmani, bukan senang rohani
entah itu apa?
bahagia ini bersama lelaki itu
suka, cita, duka, lara ini, hamparan kisah ku
melihat, ku tersenyum
mendengar, ku tertawa
merasa, ku bahagia
memiliki, ku sempurna
lelaki itu bukan pangeran ku, kstria atau raja ku
hanya menusia yang lebih kurang
yang terima jalan hidup ku
menjadi pelengkap matiku
BY : Aulia Melandhita