my blog

blog ini berisikan puisi serta cerpen karya "AULIA MELANDHITA"


LCD Text Generator at TextSpace.net

like my blog

Jumat, 06 Mei 2011

Dunia

pusat tata surya sedang berdeklarasi
dunia telah pada ujung tua nya
jika hendak hancurkan, mati kan
jangan buat tangisan berkepanjangan

tentara ozon pun telah lelah hati
keluarga hijaunya telah terbakar
udara pun tak lagi perawan
rusaknya waktu digerogoti zaman
fotosintesis tak mau beroprasi
pangan pun habis dimakan serakah

petinggi negara terus gerakkan pidato
tapi suara rakyat lebih terdengar
akhirnya kata kata tinggal sia sia
karna tanpa disadari itu lah ingin nya

bulan dan bintang tak sudih melirik
hanya takut mendengar jeritan dunia
manusia hilangkan panca indra
tak punya hati untuk merasa lagi
dan akhirnya dunia sakit sendiri


By : Aulia Melandhita

Ujian Negara (UN)

berlari ditengah hijau-hijau bibit padi
tertawa melepas penat perang dengan kertas dan pensil
lalu terbaring dihamparan ilalang-ilalang
sembari menengadahkan wajah melihat benda putih yang bergerak seolah perlahan dengan teman angin yang selalu setia bersama nya

sekilas angan bermain-main dalam otak
terukir lah senyum dalam wajah ku
ku ingat-ingat perjuangan ku menghadapi perang itu
betapa jantung tak pernah pengertian
sulitnya ingatan dalam memutar memori
keterpaksaan kadang menjadi penggoda besar

kini telah ku selesaikan perang itu
entah akan berakhir apa
tapi ya sudah lah
aku hanya ingin teriakkan, "aku telah selesai kan ini semua!"
dan aku melakukan nya

kini khayalan ku mulai menjelajahi
ingin rasanya ku temui orang yang membuat perang ini
bukan untung memarahi atau mengerutu
tapi hanya ingin bilang bahwa aku mampu melewatinya
ingin hati aku ungkapkan dihadapan nya
bahwa aku telah berhasil menghadapi ujian dari nya

oh presiden ku
dari pemerintahanmu lah aku benar-benar merasakan sebuah perjuangan
perjuangan yang walau tak terlihat begitu hebat
tapi begitu teramat sulit untuk seorang pelajar seperti ku

oh presiden ku
kini ku rasakan betapa menuntut ilmu itu penting
bukan untuk orang tua ku, guru ku, atau untuk siapa pun
karna cukup aku yang akan merasakan semuanya

oh presiden ku
aku tak pernah berfikir bahwa ternyata ini lah perjuangan yang dimaksud
tidak menggudakan kekerasan, tak perlu tombak atau pun bambu runcing
cukup gunakan apa yang seharusnya digunakan

kau tunjukan semua itu wahai presiden ku
walau kau tak berkata atau bersabda
tapi aku pahami dan aku mengerti
kini ku telah jalani ujian yang aku sebut ujian negara

lalu terbesit dalam angan ku
kata-kata yang menjadi pemompong namamu
"LANJUTKAN!"
ingin ku gapai cita ku dan ku perlihatkan pada mu, bahwa aku bisa

tersenyum aku, bahagianya negri ku
mempunyai pemimpin seperti mu
lalu kicau burung yang terbang diatas pembaringan
menegaskan hal itu


BY: Aulia Melandhita

Tikus Tikus

bertahta, bermahkota, berharta
berkuasa, memerintah, dan sesuka hati
sempat berfikir demikian
kala ku lihat tangisan dijalanan ibu kota

lalu aku bertanya dalam hati
siapa yang lakukan ini semua?
negri ku terus teriak, apa kah kalian tidak dengar?!
dan tikus tikus tetap saja mengerogoti negri ku

wahai orang orang yang berdasi tinggi
lihat sekeliling mu, lihat dibawah mu
bahkan penjara pun tak bisa mengguncang mu
inikah negri ku? ohh sangat lucu

presiden kita sedang melalukan tugas nya
kalian tikus tikus hanya menghalangi semua
orang orang berusaha menghidupkan perut nya
kalian tikus tikus tak pernah rasakan semua

hey hey hey
mati hati kah tikus? lihat akibat mu
menangis merana..

ya allah, jika aku boleh lakukan
akan ku jebak meraka! ku racuni mereka! ku penggal hidup hidup tikus nakal itu! haha
tapi tak bisa
aku masih takut dosa dan siksa, tak seperti tikus tikus itu

By: Aulia Melandhita

senja untuk magrib

bersandar pada dinding teras
awan terbias matahari
mata bak kuning untuk semua
silau cahaya menebus kaca
angin mati bersama waktu
atau waktu yang mati bersama angin
tak habis detik terus berlalu
menunggu surya berpamitan
hingga bulan datang dan bintang ikut bersama nya

suasana menjadi merah
lambat laut mulai menghitam
sampai jumpa untuk mentari dan selamat datang untuk bintang langit

terasa angin mulai mencekam
bunyi sunyi pasti lah datang
akhirnya berkomandanglah para musliman
terdengar suara indah dalam telinga
bangunkan iman dan ketakwaan
siapkan diri untuk menghadap-Nya
dalam sajadah berkhias doa
hanya pada-Nya indah dunia ini ada


By: Aulia melandhita

Mata Min

ya, aku terjaga dalam lelap ku
ada yang salah dengan dunia
semua benda hancur dilihat ku
apa yang terjadi Tuhan?

lalu mata ikut bicara dan tak henti berair mata
lelah pengelihatan hingga rusak pikiran
ku usik panca indra ku ini hingga berwarna
tapi tetap semua buram di mata ku, salahkah?

Ku coba berlalu dan terbangun dari pembaringan
Ku bersihkan tubuh dan juga pikiran
Ku berdoa dalam dingin angin tanpa mentari
Sambil berkistal mata hati dihadapan-Nya
Sampai sang surya terlihat dibalik gundukan tanah besar

Kulangkahkan kaki menuju tempat menuntut ilmu walau jalan begitu suram di mata ku
Aku berkata dalam hati, menggerutu dalam jiwa
Ya tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Ingin menangis tapi itu tak temui titik terang
Akhirnya senyum tanpa harapan tertera

Waktu pun terus bergulir
Ku kira semua ini akan hilang dimakan detik
Tapi, Tidak!
Semua yang kulihat bagai semu dan semakin semu

Dalam kelam malam tanpa bintang dan temannya
Ku bercerita dan ku luapkan pertanyaan ku
Tantang mata dan pengelihatan ku
Kepada–Nya

“Ya Allah, apa salah ku? Apakah mata ini telah bersalah?
Mengapa kau buram kan dunia dihadapan ku?
Apakah aku tak Kau bolehkan melihat jelas?
Mengapa mereka yang melihat maksiat kau perbolehkan? Sedangkan aku…
Apakah ini yang terbaik menurut Mu? Mungkin…”

Terbesit dalam fikir ku kala doa dan kata terurai
Ya, mungkin ini yang terbaik untuk ku
Begitu sayangnya Tuhan kepada ku, hingga mataku pun dilindungi oleh-Nya
“Baik aku terima dan aku mulai mengerti tujuan Mu, Tuhan ku”

Kini ku jalani dunia ku
Walau tak terlihat jelas tapi aku terbiasa
Dan aku suka mata min ku

Rindu tak sampai

kala cinta tak sampai tangan
kala sakit menggantung hidup
kala sepi membunuh waktu
kala itu memoriku mulai bermain

merasa kesendirian ini membelenggu ku
ingatan tak lepas dari rupamu
ingin rasa hati dapat temui mu
dan katakan bahwa aku rindukan teman

kini tanah akan tetap menjadi tanah
dan teman akan tetap menjadi teman
jika waktu ku nanti telah sampai
maka kan ku ceritakan semua kepada mu

aku butuh kawan untuk bersandar
aku butuh sahabat untuk mendengar
aku butuh teman untuk bermain
aku butuh kamu untuk menghapus sepi
hanya itu..

rinduku padamu telah pada puncaknya
tapi apa daya tangan tak sampai
hanya bisa mengirim kata lewat doa
hanya bisa cerita dengan bayang semu mu
Aulia Melandhita